Beberapa hari ini Indonesia diramaikan dengan persiapan pemilukada serentak se-Indonesia, tanpa terkecuali kota kelahiranku Bontang. Seru pastinya, pesta demokrasi untuk tingkat daerah yang cuma terjadi 5 tahun sekali. Begitu banyak harapan masyarakat muncul kepermukaan untuk di selipkan diatas pundak para calon pemimpin kota ini agar bisa di realisasikan dalam bentuk kerja nyata.
Salah satunya saya, iya saya. Saya punya banyak harapan bagi pemimpin Kota Bontang yang baru nantinya, yang punya visi yang jelas bagi Kota Taman, bagi warganya dan kesejahteraannya. Sebelumnya perkenalkan saya Yasman Sulaiman, saya lahir dan besar di Loktuan. Saya Sarjana yang belum memiliki kesempatan bekerja diperusahaan besar di kota Bontang seperti yang di impikan banyak putra/i daerah Bontang. Saya bukan orang yang pandai berpolitik, yang paham akan semua kebijakan yang telah ada, saya juga bukan kuli tinta yang pandai menyusun kata-kata agar menarik dibaca, saya hanya pegawai yang memiliki penghasilan tidak lebih dari 2juta/bulan. Jadi jangan khawatir dengan saya dan tulisan saya, saya jamin tidak ada intrik didalamnya.
Oke, bisa saya mulai? Sebagai anak muda, harapan saya tentunya pembangunan Kota Bontang kedepannya bisa lebih baik dari saat ini, ya setidaknya kita punya bandara komersil meskipun hanya di darati pesawat kecil (bukan bandara pribadi milik perusahaan), listrik gak mati nyala - mati nyala, punya pusat perbelanjaan dan hiburan yang modern, punya moda transportasi massal yg lebih baik (bukan cuma angkot yang bisanya lewat jalur umum aja), lingkungan yang sehat, fasilitas dan pelayanan kesehatan yang baik, pariwisata yang berkembang dengan baik.
Itu hanya sedikit harapan saya, namun percuma juga nantinya punya fasilitas baik tapi kelayakan hidup (khususnya ekonomi) ga berjalan dengan baik, ngerti kan maksudnya? Oke, coba saya perjelas. Kita adalah kota kaya, bahkan beberapa tahun lalu pernah menjadi kota terkaya di Indonesia. Kita (bukan aku dan masyarakat ekonomi rendah lainnya) punya perusahaan yang banyak dengan nama yang sudah mendunia, sudah seharusnya masyarakatnya makmur dan sejahtera bukan [?]. Masyarakat yg saya maksud disini yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di Bontang bahkan sejak lahir tinggal di Bontang. Tapi sudahkah masyarakat Bontang benar-benar makmur dan sejahtera, sudah (tapi sebagian kecil, selebihnya kemakmuran bagi para pendatang). Pertanyaan saya, sudahkah perusahaan benar-benar memberdayakan tenaga lokal untuk bekerja diperusahaan yang mendunia tersebut [?] Mungkin sudah (bagi mereka, tapi tidak bagi saya). Beberapa hari lalu saya sempat luapkan emosi saya di Socmed karena sebuah berita, lagi-lagi pemerintah hanya menghimbau perusahaan menggunakan tenaga lokal, bukan mewajibkan.
STATUS FACEBOOK SAYA |
Dengan adanya perusahaan memberdayakan masyarakat lokal sebagai tenaga (mayoritas) diperusahaan, bukan hal yang tidak mungkin ekonomi putra daerah sangat baik. Bukan pergi ke luar Bontang mencari penghidupan yang lebih baik, juga bukan hanya jadi penonton di tanah sendiri. Tapi sudahlah protes juga ga ada gunanya...untuk saat ini biarlah urusan perut kami usaha sendiri. Ini hanya secuil dari usaha untuk mendapatkan hak hidup lebih baik. Semoga pemimpin baru nanti bisa dengarkàn keluh kesah saya (bahkan mewakili keluh kesah masyarakat Bontang).
Itu baru soal kesejahteraan dan pemanfaatan tenaga lokal bagi perusahaan..
Bagaimana dengan kesehatan [?]. Jujur aja sih, sampai saat ini saya tidak memiliki jaminan kesehatan apapun, dengan penghasilan kurang dari 2juta/bulan tepatnya 1.7juta/bulan (masih jauh dari UMK Bontang 2.125.000 rupiah). Dan tidak dapat jaminan kesehatan dari perusahaan saya bekerja adalah sebuah kekhawatiran. Bilamana saya sakit, mampukah penghasilan segitu mengcover biaya pengobatan saya (dan keluarga) ? Ntahlah... Ini saya jadi curhat, maaf! Adakah biaya berobat gratis, kalau ada tolong sampaikan ke saya. Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang khawatir tentang kondisi kesehatan saya kedepannya dengan penghasilan pas-pasan. Kamu juga ? Bisa jadi kita sama..
Pemerintah (yang peduli dengan masyarakatnya) pastinya tidak akan membiarkan orang seperti saya terabaikan dalam urusan penanganan kesehatan, pemerintah daerah juga memiliki kewenangan dalam menciptakan sebuah kebijakan, termasuk pelayanan kesehatan dan obat-obatan secara gratis. Bukan pelayanan yang gratis ala kadarnya. Adakah dari dua pasang calon walkot-wawalikot yang sudah ditetapkan ikut pemilukada Bontang memiliki ancang-ancang untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis secara optimal tanpa ala kadarnya? Saya akan pilih dia!
Cukup ? Belum deh kayanya, soal listrik juga jadi harapan terbesar saya. Pengen Bontang terang terus dan terus terang bukan hanya slogan yang pernah di lontarkan pemimpin sekarang pada 5 tahun lalu tepat saat kampanye (maaf bukan mendiskreditkan, tapi realita).
Kota Bontang sudah masuk sistem kelistrikan mahakam loh, terus bangga?. Lucu sebenarnya, kalau dipikir setelah masuk sistem kelistrikan mahakam, Bontang harusnya ga sering pemadaman listrik lagi kan [?] tapi sekarang kayanya makin parah deh, malah sering padam listrik dari sebelumnya. Harusnya kan Bontang masih bisa menggunakan pembangkitnya sendiri untuk menghidupi listrik satu kota. Tapi ini nggak, ikut padam juga yang tentu meresahkan masyarakat. Terutama, kalangan pengusaha rumahan karena khawatir produksi industrinya terganggu lantaran listrik mati. Tau alasannya? Klasik! Perbaikan/perawatan. Iya bener, tapi bukan itu maksud saya. Jadi begini, kalau satu daerah atau beberapa daerah (Samarinda, Balikpapan, Bontang dan sebagian kecil Kukar) yang tergabung di sistem kelistrikan mahakam terjadi pemadaman liatrik, mau gak mau atau suka gak suka kita mesti mengalirkan listrik ke daerah tersebut. Imbasnya, pasokan listrik ke Bontang kurang bahkan ga kebagian, seharusnya listrik sepenuhnya buat Kota Bontang, tapi mesti dibagi ke daerah lain.
Kita (masyarakat Bontang) pengguna listrik sebenarnya bisa mengajukan protes dan meminta ganti rugi kalau terjadi pemadaman listrik. Karena sesuai UU No.20/2002 tentang Ketenagalistrikan Pasal 34 (1) b konsumen tenaga listrik mempunyai hak untuk mendapatkan tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik. Hayooo...
Terus dalam Pasal 34 (1) e disebutkan bahwa konsumen tenaga listrik mempunyai hak untuk mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan kesalahan dan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sesuai syarat-syarat yang diatur dalam perjanjian jual beli tenaga listrik.
Soal ganti rugi mengacu pada Kepmen No.1836 K/36/Nem/2002 tentang Pelaksanan Kenaikan Tarif Dasar Listrik. Dalam Pasal 6 dinyatakan apabila standar mutu pelayanan rendah, maka PLN wajib mengurangi tagihan konsumen 10% dari biaya beban dan diperhitungkan pada bulan berikutnya. Nah, jadi masyarakat Bontang bisa tuntut pengurangan tagihan pembayaran listrik karena seringnya pemadaman listrik.
Bagaimana dengan pariwisata kita, hot news-nya adalah pulau beras basah minta di privatisasi oleh LNG Badak. Wisata bakau (ditulisan saya sebelumnya di blog ini) di berbas ujung dan beberapa Tempat wisata lainnya di kota ini belum dikelola dengan baik. Moda transportasi umum menuju Loktuan, BK, Tj.Limau, KS.Tubun dan Pasangan masih kurang memadai. Dan masih banyak lagi.
Yauda deh itu aja dulu, capek ngetik. Mungkin diantara kalian ada yang bilang saya banyak nuntut tanpa ada kerja, saya cuma belum memiliki cukup ruang untuk melakukan apa yang saya inginkan, oleh sebab itu lewat tulisan ini saya berharap (seperti yang saya sampaikan di awal) kepada calon yang bertarung di pilkada Bontang bisa mewujudkan apa yang saya harapkan (dan mungkin juga masyarakat Bontang) demi kebaikan Kota kita tercinta.
Maaf kalau masih banyak kurangnya tulisan ini, seperti sebelumnya yang saya sampaikan, saya bukan kuli tinta yang bisa merangkai kata-kata dengan baik menjadi sebuah informasi yang enak dibaca. Ntar teman-teman atau masyarakat Bontang bisa tambahkan di kolom komentar. Semoga hidup saya dan masyarakat Bontang bisa lebih baik dan sejahtera. Aamiin